Laman

Rabu, 24 Juni 2009

Rawa Bangkau dan Loksado Sebagai Objek Praktikum Lahan Basah



Tanggal 4 – 6 Juni mahasiswa FMIPA UNLAM khususnya program studi Matematika, ILKOM, maupun Fisika mengadakan penelitian atau lebih tepatnya praktikum Ekologi Lahan Basah. Kami khususnya program studi Matematika bersama-sama dengan program studi lain melakukan praktikum ke dua titik lahan basah di Kalimantan selatan yaitu di kota Negara khususnya daerah Rawa Bangkau dan dititik kedua yaitu daerah aliran sungai di Loksado, Kadangan.
Rawa Bangkau berada di kota Nagara, dimana kota tersebut hampir seluruhnya ditutupi oleh air. Di rawa inilah hampir semua sungai bermuara. Sesampainya di titik pertaa yaitu daerah rawa di Nagara khususnya Rawa Bangkau kami melakukan penambilan data baik dengan observasi tempat penelitian juga mengambil data yang diperoeh melalui pertanyaan yang dajukan kepada warga sekitar.
Rawa bangkau dikota negara yang memiliki luas kurang lebih satu juta ha dan memiliki titik koordinat 2o 41’ dan 2o 43’ 30” lintang selatan, dan di antara 115o 12’ dan 115o 13’ 30” bujur timur dengan ketinggian 3-4 meter dari permukaan laut. Dengan warna airnya yang berwarna hijau kecoklatan. Dengan banyaknya lumut yang tumbuh dirawa tersebut. Selain itu, sesampainya dilokasi, kita akan disuguhkan dengan pemandangan hamparan eceng gondok yang luas di permukaan danau atau rawa Bangkau. Eceng gondok ini hidup dengan subur di tempat ini. Hal ini dikarenakan kandungan air yang memiliki unsur yang diperlukan oleh eceng gondok. Kumpulan eceng gondok yang tumbuh tersebut menjadi tempat yang disukai ikan untu tinggal atau berkumpul. Hal inilah yang dimanfaatkan warga sekitar sebagai tempat untuk mata pecaharian mereka. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat sekitar yang memasang keramba untuk menangkap ikan. Masyarakat sekitar menjadi penangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain itu hal yang unik dari rawa Bangkau ini yaitu adanya tempat yang disebut warga sekitar kalang yaitu sejenis kandang untuk kerbau namun berada tepat diatas rawa Bangkau. Selain menangkap ikan lokasi rawa Bangkau dimanfaatkan warga sekitar untuk memelihara kerbau rawa yang biasanya dimanfatkan warga untuk dikonsumsi. Pemeihaaan kebau rawa ini tidakah susah karena kerbau rawa ini dilepas sendiri untuk mencari makan di sekitar danau warga sekitar hanya memantau saja keberadaan kerbau. Kerbau tersebut pergi mencari makan di danau disekitar kalang makanan yang biasanya dikonsumsi atau dicari kerbau yaitu eceng gondok yang masih muda. Rawa Bangkau dapat diketahui memiliki potensi yang luas yang digunakaan oleh masyarakat sekitar karena menjadi sumber pendapatan bagi warga sekitar.
Di rawa Bangkau kami melakukan pengukuran pada sampel air rawa baik meghitung pH air, suhu air maupun banyaknya arus yang terjadi pada daerah tersebut. Hasil pratikum yang kami lakukan diketahui bahwa air di temapt ini memiliki pH yan basa diketahui dari hasil perhitungan menggunakan indicator hasilnya diperoleh pH nya adalah 7 dengan sekala pengukurannya 10, dengan menggunakan flowmeter diindikasi kalau air di daerah rawa bangkau termasuk daerah yang memiliki jenis air yang lumayan tenang karena baling-baling pada flowmeter tidak cepat dan menghasilkan banyak putaran.
Praktikum selanjutnya dilakukan di loksado, Kandangan. Sewaktu diperjalanan kita akan melihat pemandangan didaerah pegunungan yang sangat bagus. Serta sungai-sungai kecil yang menambah keindahan menuju loksado. Sesampainya ditempat ita akan menemukan sungai yang deras dan berbatu-batu dan berarus. Setelah sampai di Loksado kami berkunjung ke perkampungan penduduk yaitu Perkampungan Loklahung. disepanjang jalan kami disuguhi pemandangan hutan bambu yang rindang serta gunung-gunung yang besar. sesampainya di desa setempat kami bertanya-tanya dengan warga sekitar tentang kegiatan yang biasa dilakukan warga sekitar. Inforamsi yang kami peroleh hanpir sebagian besar warga Loklahung berkebun. Kebun yang dimiliki para warga adalah kebun karet, kebun kemiri maupun kebun yang kulitnya dimnfaatkan warga sebagi kayu manis.
Selain itu warga kampong loklahung juga mengambil upah sebagai pekerjaan samping dari berkebun yatu mengupas kulit kemiri. Warga kampong memenuhi kebutuhan sehari-hari meraka hanya dengan mengambil hasil kebun sendiri tidak membalinya. Terkecuali barang yang memang harus dibeli di pasar. Namun kebutuhan akan ikan, maupun sayuran serta beras warga kampung Loklahung hanya menggandalkannya dari alam. Di Loksado, kami melakukan perhitungan pada debit air. Selain sungai Loksado juga melakukan praktikum di air terjun Tanuhi.
Perhitungan debit dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu lebar sungai, arus sungai, serta jari-jari pada flowmeter dan kedalaman pada sungai. Pada perhitungan kedalaman sungai dihitung dari pinggir sunai yang dangkal, perhiungan dilakuakan per 150 cm.berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa lebar sungai adalah 15,7 m dan luas (A) yang dihitung dari engalikan hasil lebar sungai tiap 150 cm diperoleh hasilnya sebesar 54900cm2 . Debit air dapat dihitung dengan cara mengkalikan kecepatan arus(V) per waktu dengan Luas(A). Kecepatan arus per detik(V) di sungai diperoleh sebesar 4,09 putaran/detik, Sehingga diperoleh hasilnya
= V x A
= 4,09 putaran/detik x 54900cm2
= 224.541 putaran cm2/detik

Dari perhitungan ini dapat diketahui potensi pemanfaatan sungai Loksado yang memiliki aliran sungai ang cukup deras. Selain pemanfaatan sungai dan keindahan alamnya sebagai sarana rekreasi juga dapat diteliti kembali potensi apa lagi yang dapat dimanfaatkan Loksado memiliki potensi yang tidak kalah besar dibandingkan degan rawa Bangkau yang kami datangi sebelumnya. Sungai yang memiliki arus seperti Loksado dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik atau sebagai sumber tenaga alternatife yang dapat berguna bagi warga masyarakat setempat. Selain itu banyak sekali hasil alam yang dapat dimanfaatkan oleh warga setempat seperti parawarga Loklahung yang memenuhi kebutuhan sehari-hari yang langsung diambil dari alam.

Sabtu, 09 Mei 2009

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH PLLB

Mata Kuliah : PLLB

Program Studi : Matematika

Dosen : Pak Krisdianto

Soal

1. Siklus karbon di lahan basah terkkumpul di bagian tumbuhan atas (tegakan), akar, dan tanah. Hasil pengukuran menunjuka bahwa biomassa tegakan sebanyak 1 Mton per hektar. Sedangkan perbandingan komposisi karbon pada tegakan, akar, dan tanah adalah 3 : 0.5 : 21, 5 dari 50% biomassa. Maka 1 juta hektar lahan gambut yang akan di konversi menjadi lahan pertanian akan melarutkan 47% karbon ke perairan dan sisanya di emisikkan kedalam bentuk CO2 ke udara melalui teknik pembakaran lahan. Karbon terlarut digunakan iuntuk menyuburkan perairan sehingga menghasilkan blooming fitoplankton yang membebaskan 50% CO2 dari hasil respirasi. Berapa kontribusi lahan basah tersebut dalam memperkaya gas rumah kaca?

2. Pegunungan meratus sebagai reservoir Kalimantan Selatan mengalirkan air sebanyak 500 juta meter kubik per bulan melalui 5 daerah aliran sungai, Tabalong, batang alai, Amandit, Riam Kiwa dan Riam Kanan . Presipitasi sepanjang tahun kurang lebih 12 x 109 meter kubik. Aquifer yang terdapat di daerah aliran sungai (DAS) tersebut di atas kurang lebih 10% dan 20% tersimpan menjadi air tanah. Berapa banyak air yang kembali terlepas melalui peristiwa evavorasi dan evavotranspirasi jika perbandingannya 3:1?

3. Buat model matematis dengan mempertimbangkan bagian-bagian proses sebagai variable-variabel matematis dari soal no 1 dan no 2!

Jawab:

1. Diketahui terdapat 1 juta hektar lahan gambut dan siklus karbon di lahan basah terkumpul di bagian tumbuhan atas (tegakan), akar, dan tanah.

Biomassa tegakan 1 Mton /hektar = 1 x 1011 ton

  • Karbon pada tegakan : 5 x 1011 ton
  • Karbon pada akar : 5,5 /3 5 x 1011 = 0,83 x 1011 ton
  • Karbon yang dihasulkan tanah :21, 5 /3 x 5 x 1011 = 35,83 x 1011 ton

Karbon yang terlarut pada lahan gambut = (0, 83 x 1011 x 35,83 x 1011) x 47%

= 1, 72302 x 1012 ton

Karbon yang dihasilkan pada proses pembakaran = 5 x 1011 x 50%

= 2, 65. 1011 ton

Karbon hasil respirasi = (1, 72302 x 1012 ) x 50 % ton

= 8, 6151 x 1011 ton

Sehingga, kontribusi lahan basah tersebut dalam memperkaya gas rumah kaca adalah

= karbon hasil proses pembakaran + karbon hasil respirasi

= 2, 65. 1011 ton + 8, 6151 x 1011 ton

= 1, 12651 x 1011 ton

Model matematisnya

Y = 53 % a + 50 % b

= 53 % (50% . x) + 50 % ( 47 % (a + b))

= 53 % (50% . x) + 50 % [47 % (0,5 / 3(50 % x) + 21,5 /3 (50% . x)]

= 0, 265 x +0, 0196 x + 0,842 x

= 1,1266 x

Keterangan :

X = Biomassa Lahan basah

Y = Kontribusi yang dihasilkan lahan basah

2. Proses penguapan yang terjadin :

  • Penguapan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS)

= 5 x 108 x ( 100% - 10%)

= 5 x 108 x 90 %

= 4,5 x 108 m3/bulan

  • Penguapan yang saat prespitasi

= 1 x 109 x ( 100% - 20 %)

= 1 x 109 x 80 %

= 8 x 108 m3/bulan

Banyaknya air yang terlapas kembali :

  • Pada saat proses Evavorasi

= 4,5 x 108 m3/bulan x 8 x 108 m3/bulan

= 1, 25 x 109 m3/bulan

  • Pada saat proses Evavotreanspirasi

= 1/3 x 1, 25 x 109 m3/bulan

= 0, 4167 x 109 m3/bulan

Model matematisnya

Y = X1 + X2

Z = 1/3 Y

= 1/3 X1 + X2

Keterangan:

Y = Banyaknya air yang terlepas pada saat Evavorasi

Z= Banyaknya air yang terlepas pada saat Evavotranspirasi

X1 = Penguapan pada DAS

X2 = Penguapan pada presipitasi

Rabu, 29 April 2009

Wetland Martapura

Lahan Basah (Wetland) di Kalimantan Selatan salah satunya terletak di Desa Tungkaran kabupaten banjar Martapura. Desa Tungkaran terletak di titik koordinat S : 3o 23' 55.7" dan E : 114o 49' 32.5"Lahan Basah (Wetland) di daerah ini adalah berupa rawa. Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di daerah ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di rawa desa Tungkaran antara lain teratai, genjer, enceng gondok dan berbagai mavam lagi jenis tumbuhan rawa. Selain itu daerah rawa juga hidup berbagai jenis ikan yang sering ditangkap warga sekitar untuk dikonsumsi, Selain itu juga daerah rawa di tungkaran ini dimanfaatkan warga sebagai media untuk pertaniaan. daerah ini digunakan untuk persawahan. Daerah rawa ini sangat memiliki peran dalam kehidupan warga sekitar daerah tungkaran, Martapura. Daerah Rawa merupakan daerah yang mimiliki peran dan fungsi yang penting bagi kehidupan selain pertanian, bagi masyarakat sekitar rawa juga sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering. selain itu rawa juga dapat mencegah terjadinya banjir,
Di daerah Tungkaran ini banyak di tumbuhi oleh tanaman enceng gondok yang menutupi hampir seluruh wilayah raw
a. hal ini diperkirakan karena dampak dari lahan basah berupa rawa tersebut digunakan sebagai lahan pertanian. Banyaknya petani yang mempergunakan pupuk menyebabkan pertumbuhan eceng gondok secara tidak langsung meningkat hal ini dapat berakibat menurunnya tingkat pertumbuhan makhluk hidup seperti ikan-ikan didaerah rawa. Semakin banyaknya penggunaan pupuk yang digunakan dalam pertaniaan dapat meningkatkan pertumbuhan enceng gondok. Hal ini dapat mengekibatkan tertutupnya daerah rawa oleh enceng gondok dan menyebabkan terjadinya persaingan antar ekosistem rawa dalam memperoleh kebutuhannya seperti halnya oksigen. Oleh karena itu diperlukan perbandibngan yang tepat antara jumlah pupuk yang digunakan untuk pertanian agar tidak menyebabkan tanaman enceng gindik semakin subur dan dapat menutupi wilayah rawa.
Daerah rawa Tungkaran ini baik sebagai lahan pertanian dikarenakan
rawa tungkaran merupakan rawa gambut, yang terbentuk dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi.